Orang yang gak pintar-pintar..

Jumat, 29 Januari 2010

Gus Dur Lebih dari Pahlawan Nasional

Oleh Jafar M. Sidik
Kamis, 14 Januari 2010|www.kompas.com

Hari ini, empat belas hari lalu, Presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid, wafat di usia ke-69, dan hanya beberapa jam setelah guru bangsa ini mangkat, masyarakat mengusulkannya menjadi pahlawan nasional.

Tetapi, catatan dan testimoni mengenai sumbangsih kyai besar ini pada bangsa, peradaban dan manusia, mengalir deras dan terlampau besar untuk dibingkai oleh sekedar predikat pahlawan nasional.

Bahkan, mantan Ketua MPR Amien Rais menganggap tokoh yang akrab disapa Gus Dur ini otomatis pahlawan nasional.

Jadi, tak ada satu keraguan pun untuk menyebut Gus Dur pahlawan nasional karena dia telah melampaui dirinya dalam memajukan nilai-nilai kemanusiaan yang juga diperjuangan para pahlawan dan pencerah besar dunia, semasa dan sebelum masanya.

Salah satu nilai kepahlawan yang menonjol darinya adalah pembelaan heroiknya terhadap kesetaraan. Tak hanya ras, tapi juga kesempatan sosial, hak politik, jender, dan praktik berkeyakinan.

Tema kesetaraan pula yang menjadi salah satu judul agung perjuangan tokoh-tokoh besar manusia, dari era Yunani kuno, zaman para nabi, revolusi-revolusi sosial seperti Revolusi Prancis, dekolonisasi Asia dan Afrika, hingga perjuangan memperoleh hak-hak sipil di beberapa dekade lalu.

"Perjuangan mencapai kesetaraan adalah tema besar dalam sejarah dunia," kata penulis Amerika J.R. Pole, yang dalam bukunya "The Pursuit of Equality in American History" menyebut Revolusi Amerika diawali oleh semangat kesetaraan.

Gus Dur memperjuangkan kesetaraan seperti itu. Dia ikhlas dan tak henti mendampingi kelompok lemah seperti Nabi Musa AS membela minoritas Bani Israel di zaman Firaun, atau seperti Cipto Mangunkusumo, Danudirja Setiabudi dan Suwardi Suryaningrat dalam memelopori perlawanan damai mendobrak "politik kelas" kolonial Belanda.

Gus Dur juga memproklamasikan kebhinekaan seterang-terangnya. Begitu menjadi Presiden RI, dia memulihkan hak-hak minoritas keturunan Tionghoa, mengizinkan Papua mengenakan identitasnya, bahkan mengawali peta damai di Aceh.

"Kami merasa diperhatikan dan dihargai sebagai etnis yang minoritas di negeri ini," kata tokoh etnis Tionghoa Madura, Kosala Mahinda (Antara, 31/12).

Langkahnya itu mungkin semonumental Presiden AS ke-16 Abraham Lincoln yang menghapus perbudakan, Nelson Mandela yang menumbangkan diskriminasi ras di Afrika Selatan, atau Martin Luther King yang berjuang untuk hak-hak sipil warga kulit hitam AS.

Membebaskan

Gus Dur paham benar bahwa kesetaraan adalah inti demokrasi dan jiwa bangsa majemuk seperti negerinya Indonesia.

Kesetaraan melahirkan sikap toleran dan sikap ini pula yang membuat mayoritas penduduk Nusantara menerima Islam di abad lalu, atau Andalusia menerima Bani Umayyah 11 abad silam seperti sejarawan Inggris Martin Sharp Hume menggambarkannya dalam "Spanish People."

Bersama demokrasi, mengutip profesor linguistik Noam Chomsky, kesetaraan itu esensial bagi kelangsungan hidup manusia. "Kesetaraan berlaku universal, abadi, dan membebaskan manusia," kata filsuf Alexis de Tocqueville.

Tetapi, kesetaraan yang dikonsepsikan dan diperjuangkan Gus Dur tak besar karena pemikiran luar masyarakatnya semata. Sebaliknya, dia gali dari masyarakatnya dan tumbuh dari fondasi berketuhanan yang kokoh.

Dia berilmu amat tinggi, memahami luar dalam bangsanya, dan konsisten bersisian dengan kaum lemah.

Dengan kecerdasannya dia sebenarnya bisa sampai di universitas-universitas hebat dunia, namun ulama besar ini memilih memuliakan dirinya bersama rakyat kecil.

Penulis Australia Greg Barton melukiskan pemihakan Gus Dur pada rakyat kecil itu pada salah satu bagian buku, "Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid."

Pada 1970-an, pesantren berjuang keras mendapatkan pendanaan pemerintah dengan mengadopsi kurikulum pemerintah. Gus Dur memprihatinkan keadaan ini bakal melunturkan nilai tradisional pesantren, tetapi dia juga mempedulikan kemiskinan pesantren.

Kerisauan itu membuat dia urung belajar di luar negeri dan memilih mengembangkan pesantren. Beberapa tahun kemudian, dia tak saja berhasil memberdayakan pesantren, namun juga mereformasi Nahdlatul Ulama.

Harapan

Gus Dur adalah teladan untuk kesederhanaan, kepercayaan diri, keikhlasan, pengenalan mendalam atas banyak tema hidup, dan tentang hidup yang meninggikan esensi.

Dia mengajarkan keberanian seperti Rasulullah menitahkan umatnya, "qulil-haqqa walau kaana murran" (Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit)."

Bagi mereka yang mengikuti politik era 1980-an dan awal 1990-an di mana Soeharto kuat mencengkram dan hampir semua orang membeo kepada Soeharto, Gus Dur adalah seorang tervokal dari sedikit orang yang berani kritis.

Kritik tajamnya yang selalu menghias media asing seperti BBC karena media nasional dimandulkan rezim, telah menyemangati para pembela kaum terpinggirkan, seperti pada kasus Kedung Ombo dua dekade silam.

"Dia adalah harapan demokrasi," kata kolumnis Inggris, Gideon Rachman, dalam blognya, blogs.ft.com/rachmanblog (31/12).

Gus Dur juga mengajari bangsanya tentang demokrasi dan kemanusiaan, tanpa ke luar dari identitas lokal bangsanya, karena dia memang besar dari perut rakyat.

Dia intelektual yang secara harmonis menginderai benar suhu tubuh bangsanya, sekaligus cerdas menyikapi atmosfer yang melingkupi bangsanya.

Konstruksinya mengenai demokrasi dibangun dari akar bangsanya, tidak mentah-mentah menelan konsepsi asing, bahkan secara kultural seeklektis pendahulunya, Bung Karno.

Mendobrak

Dalam pemerintahannya yang singkat, sesuai nama tengahnya "ad-Dakhil" yang juga nama penakluk Spanyol 12 abad lalu Abdurrahman ad-Dakhil, Gus Dur mendobrak banyak hal yang justru prinsipil dalam berdemokrasi.

Dia dudukkan tentara di tempatnya, dia sapih polisi dari militerisme, dia dorong supremasi sipil dalam bernegara.

Lengannya tak berlumur darah. Ucapannya, meski "nyeleneh," selalu memiliki landasan teologis, intelektual dan sandaran norma sosial yang kuat.

Semua sikap, kata dan lakunya dibaktikan untuk yang terpinggirkan dan kelompok yang mesti diayomi oleh kaum yang lebih banyak.

Tiga puluh hari sebelum meninggal dunia, dalam derita fisik tak terperi, dia menjaminkan dirinya untuk dua Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah.

Ini adalah bukti dia tak berhenti membela yang terzalimi, sekaligus abadi berjuang untuk kemanusiaan.

Segala sumbangsih, pemikiran, sikap dan lakunya jauh melampaui dirinya. Dan ini, mengutip sejarawan Anhar Gonggong, adalah esensi dari pahlawan.

Dua reformis ikonik yang acap berseberangan dengannya, Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais, bahkan memaklumatkan semua ukuran pahlawan nasional telah dipenuhi Gus Dur sehingga dia otomatis pahlawan nasional.

"Sudah selayaknya Gus Dur mendapatkan gelar pahlawan nasional, siapa pun atau pihak mana pun tidak perlu lagi mempersoalkannya," kata Amien Rais di Malang, Rabu pekan lalu (Antara, 2/1).

Tetapi, jika gelar itu sulit untuk segera disematkan kepadanya karena diskusi kepahlawanan menjadi menjadi demikian politis seperti disebut editorial Media Indonesia (7/1), maka Gus Dur tetaplah pahlawan.

Pencinta kemanusiaan yang memahami benar berketuhanan dan pembaru dari semua pembaru itu bahkan lebih dari sekedar pahlawan nasional. Dia pahlawan kemanusiaan, dia pahlawan peradaban.

Share:

SBY Mundurlah.. Please...!

Presiden SBY, sudah saatnya mengundurkan diri! jika kita objektif dalam melihat sepak terjang kepemimpinan SBY bukan hanya 100 hari ini tapi 5 tahun yg lalu sampai sekarang SBY bukan membangun kesejahteraan rakyat tapi lebih membangun pagar betis untuk mempertahankan kekuasaannya. SBY telah banyak melakukan pembodohan terhadap rakyat.

SBY tak lebih dari sekedar Seorang Tentara Gila Kekuasaan! Lihat.. dalam 100 hari kepemimpinannya KITA BANGSA INDONESIA seperti tidak memiliki PRESIDEN.. sebagai contoh kasun Bank CENTURY, SBY belum melakukan tindakan tegas! jangankan melakukan tindakan tegas untuk sekedar ngomong masalah CENTURY SBY belum mengeluarkan sepatah katapun! mungkin presidenku Sariawan atau Bisu! yng di bicarakan selama ini hanya mengeluh layaknya anak pada Ibunya. Bukankah sebenarnya SBY tempat mengeluhnya rakyat Indonesia. SBY kalo anda sebagai orang Satria lebih baik Mundur Aja. Bangsa Ini akan terus Melarat dan Tertinggal dibawah kepemiminan anda! Mari semua Element bangsa kita berfikir Objektif, mari kita rapatkan barisan melukan REVOLUSI!!! wahai masyarakat Indonesia yg sekarang Pro SBY, sgera sadarlah bahwa saudara semua telah di Hipnotis Oleh SBY dan ANtek-anteknya.... Bangunlah..Bangunnnnn..Bangunnn GET UP......!!Bangsattt...! AWAS BAHAYA LATEN ORDE BARU..

Share:

Rabu, 27 Januari 2010

Reset Printer Canon Secara Manual

Bukan hal yang aneh apabila sebuah printer mencapai batas yang ditetapkan. Seperti peringatan overload tinta pada penampung tinta didalam printer yang ditandai dengan kelap-kelip lampu led (blinking) . Ini sudah menjadi kebiasaan yang sering kita temukan ketika printer sering di-refill (suntik ulang).

Untuk mengakalin hal tersebut sehingga printer bisa berjalan secara normal kembali walau tidak sepenuhnya berhasil, anda bisa mencoba 2 cara berikut ini:
»» Cara pertama
01. Pastikan kabel power printer sudah terlepas / dicabut. Tekan terus tombol on printer jangan dilepas
02. Masukkan kembali kabel power pada colokan printer, terus tombol power baru bisa dilepas.
03. Hidupkan kembali tombol power dan proses reset printer selesai. Apabila cara pertama tidak berhasil, ikutin cara kedua.
»» Cara kedua
01. Cabut kabel power dari printer kemudian tekan dan tahan tombol power.
02. Masukkan kembali kabel power lalu tekan tombol resume 2 kali.
03. Lepaskan tombol power yang anda tahan tadi.
04. Printer sudah bisa digunakan.

Cara ini telah berhasil pada printer Canon PIXMA IP1000!
Selamat mencoba!


Share:

Selasa, 26 Januari 2010

Gimana Mendaftar email gratis di GMail?

Oke..lah kalu begitu.! Gini caranya dik!
Pertama sebelum ke dua hee... pertama kita masuk ke alamat yang punya rumah maksudnya gmail yaitu http://mail.google.com lho.. katanya gmail kok google? lha iyalah gmail itu yang punya mbah google! setelah anda mengetik alamat http://mail.google.com akan tampil halaman seperti ini:





Gambar 1.


Selanjutnya klik tombol Create an account seperti gambar diatas yang dilingkari merah. Seteh anda mengeklik tombol tersebut akan muncul halaman form, dimana anda di haruskan mengisi data kotak sesuai permintaan, sebelumnya anda bisa mengubah jenis bahasa yang dipakai dengan memilih daftar bahasa pada menu Change Language/Ganti bahasa seperti gambar 2. oke karena kita orang Indonesia gunkan aja Bahasa Indonesia maka pilih Indonesia pada menu.



Gambar 2.


Kembali ke form… selanjutnya isi nama Depan, nama belakang, seperti gambar 3, pada gambar 3, di contohkan nama depan diisi Abdul dan nama belakang Temon. Dan selanjutnya isi form Nama Login yang Diinginkan, form ini disuruh ngisi nama yang menjadi nama email anda. Misalkan nama anda Dewi Sartika dan ingin membuat email dengan nama sartika2010@gmail.com , maka pada form Nama Login diisi sartika2010. oke bullet ya.. maklum bukan ahli…!



Gambar 3.



Tapi ingat bahwa kadang nama sartika2010 sudah ada yang memakai maka anda harus mengisi kembali dengan nama yang lain. Ttapi jangan panik nama apa yang belom dipakai gmail akan memberikan alternatif. Sebagai contoh pada gamabar 3 Nama Login diisi temongituloh2010 maka alamat email nanti menjadi temongituloh2010@gmail.com. Oke kalu begitu.. biar cepat isi form semuanya lalu klik daftar. Jika email anda berhasil akan muncul halaman seperti gambar 4.



Gambar 4.


Sampai disini anda telah berhasil membuat email di gmail.
Mau lihat langsung inbox email anda klik tombol Tunjukkan akun saya, maka akan muncul gambar seperti dibawah ini: inilah gambar Inbox Email Anda.



Gambar 5.


Dari sisni anda bisa mengirim atau membaca email. Oke lah kalau begitu..! selamat mencoba! eh.. jangan lupa habis baca mohon isi komentarnya! thanks.
Jika sakit berlanjut hub mhah google hee..! (kangjeri.blogspot.com
)
Share:

Jumat, 22 Januari 2010

Gus Durku, Bung Karnoku...

Gus Durku, Bung Karnoku...
Yahya C. Staquf*

INI kehilangan tak terperi. Tapi, diam-diam aku merasakannya seperti formalitas saja. Ketuk palu atas sesuatu yang ditetapkan sebelumnya.

Kehilangan yang sesungguhnya telah terjadi dua be­las tahun lalu, ketika suatu hari kamar man­di kantor PB NU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Kramat Raya, Jakarta, tak kunjung terbuka. Kamar man­di itu terkunci dari dalam dan Gus Dur berada di dalamnya.

Orang-orang meng­gedor-gedor pintu, tak ada sahutan. Ketika akhirnya pintu itu dijebol, orang mendapati Gus Dur tergeletak bersimbah darah muntahannya. Itulah strokenya yang pertama dan paling dahsyat yang sungguh-sungguh merenggut kedigdayaan fisiknya.

Sebelum malapetaka tersebut, Gus Dur adalah sosok ''pendekar'' yang nyaris tak terkalahkan. Waktu itu, tak ada yang tak sepakat bahwa beliau adalah salah satu tumpuan harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Tapi, ketika akhirnya memperoleh kesempatan menakhodai bang­sa ini, keruntuhan fisik telah membelenggu beliau sedemikian rupa, sehingga gelombang pertempuran yang terlampau berat pun menggerusnya.

Saya tak pernah berhenti percaya bahwa seandainya yang menjadi presi­den waktu itu adalah Gus Dur sebelum sakit, pastilah hari ini Indonesia sudah punya wajah yang berbeda. Wajah yang lebih cerah dan lebih bersinar harapannya.

Saya telah menjadi pengagum berat Gus Dur dan mendaulat diri sendiri sebagai murid beliau sejak ma­sih remaja. Tapi, Gus Dur memang telampau besar untukku, sehingga aku tak pernah mampu menangkap secuil pemahaman yang berarti dari ilmunya, kecuali senantiasa terlongong-longong takjub oleh gagasan-gagasan serta tindakan-tindakannya

Ketika datang kesempatan ba­gi­ku untuk benar-benar mendekat secara fisik dengan tokoh idolaku, yaitu saat ditunjuk menjadi salah seorang juru bicara presiden, saat itulah pengalaman-pengalaman besar kualami. Bukan karena aku melompat dari san­tri kendil menjadi pejabat negara. Bukan sorot kamera pa­ra wartawan, bukan pula ta'dhim pegawai-pegawai negeri. Tapi, inspirasi-inspirasi yang berebutan menjubeli kepala dan dadaku dari penglihatanku atas langkah-langkah presidenku.

Sungguh, langkah-langkah Pre­siden Gus Dur waktu itu mengingatkanku kembali pada kitab DBR (Di Bawah Bendera Revolusi) yang kukhatamkan sewaktu kelas satu SMP dulu. Mengingatkanku pada ''Nawaksara'', mengingatkanku pada ''Revolusi belum selesai!''

Orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, mengunjungi negara-negara yang dalam pandangan umum di­anggap kurang relevan dengan kepentingan Indonesia. Namun, aku justru melihat, daftar negara-negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika.

Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahun, sedangkan kita meng­impor lebih dari separo jumlah itu, dari Amerika pula. Karena itu, presidenku datang ke Rio De Janeiro ingin membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika.

Venezuela mengipor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus persen rempah-rempah kita ke sana. Maka, presidenku menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita.

Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hassanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunei Darussalam. Lalu, melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura ke sana...

Barangkali pikiranku melompat serampangan. Tapi, sungguh yang terbetik di benakku waktu itu adalah bahwa Gus Dur, presidenku, sedang menempuh jalan menuju cakrawala yang dicita-citakan pendahulunya, Pemimpin Besarku, Bung Karno.

Yaitu, mengejar kemerdekaan yang bukan hanya label, tapi kemerdekaan hakiki bagi manusia-manusia Indonesia. Yaitu, bahwa masalah-masalah bangsa ini hanya bisa dituntaskan bila berbagai ketidakadilan dalam ta­ta dunia yang mapan pun dapat diatasi. Yaitu, bahwa dalam perjuangan semesta itu harus tergalang kerja sama di antara bangsa-bangsa tertindas menghadapi bangsa-bangsa penindas.

Hanya, Gus Dur mengikhtiarkan perjuangan tersebut dengan caranya sendiri. Bukan dengan agitasi politik, bukan dengan machtsforming, tapi dengan lang­kah-langkah taktis yang substansial, cara-cara yang selama karir politiknya memang menjadi andalannya.

Yang bagi banyak orang terlihat sebagai kontroversi, bagiku adalah cara cerdik beliau menyiasati pertarungan melawan kekuatan-kekuatan besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang terlampau berat untuk ditabrak secara langsung dan terang-terangan. Gus Dur terhadap Bung Karno, bagiku, layaknya Deng Xiao Ping terhadap Mao Tse Tung.

Tapi, pahlawanku bertempur di tengah sakit, seperti Panglima Besar Soedirman di hutan-hutan gerilyanya. Maka, nasib Diponegoro pun dicicipinya pula...

Banyak orang belakangan bertanya-tanya, mengapa orang tua yang sakit-sakitan itu tak mau berhenti saja, beristirahat menghemat umurnya, daripada ngotot seo­lah terus-menerus mencari-cari posisi di tengah silang-sengkarut dunia yang kian semrawut saja.

Saksikanlah, wahai bangsaku, inilah orang yang terlalu men­cintaimu, sehingga tak tahan walau sedetik pun meninggalkanmu. Inilah orang yang begitu yakin dan determined akan cita-citanya, sehingga rasa sakit macam apa pun tak akan bisa menghentikannya. Selama napas masih hilir-mudik di paru-parunya, selama detak masih berdenyut di jantungnya, selama hayat masih dikandung badannya.

Kini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyelimutkan kasih sayang paripurnanya untuk hamba-Nya yang mulia itu. Memperbolehkannya beristirahat dari dunia tempat dia mengais bekal akhiratnya. Semoga sesudah ini segera tercurah pula kasih sayang Allah untuk bangsa yang amat dicintainya ini agar dapat beristirahat dari silang-sengkarut nestapa rakyatnya.

Gus Durku, Bung Karnoku... Selamat jalan...

*). Yahya C. Staquf, mantan juru bicara Gus Dur

Sumber: www.jawapos.co.id | Kamis, 31 Desember 2009

Share:

Kerja Besar Kita ke Depan

Oleh Abdurrahman Wahid

KITA dibuat tertegun dengan kenyataan bahwa dalam proses pembangunannya bangsa ini didominasi orang kaya/elite. Tidak punya uang, maka harus “mengalah” dari mereka yang lebih beruntung. Pendidikan dan sebagainya hanya menganakemaskan mereka yang kaya.

Dikotomi kaya-miskin ini berlaku di hampir semua bidang kehidupan. Nah, bagi mereka yang merasa tertinggal, mengakibatkan munculnya rasa marah dan dendam. Pemerintah turut bersalah dalam hal ini, karena mengambil pihak yang salah untuk dijadikan panutan.

Untuk menutupi hal itu, lalu mereka mengambil sikap yang juga salah, yaitu membiarkan salah pengertian satu sama lain antarkelompok melalui politik yang berat sebelah. Contohnya, dibiarkan saja suara berdengung dari garis keras yang meminta pembubaran kelompok minoritas, tanpa memberikan pembelaan kepada mereka.

Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.

Kaum minoritas agama pun meragukan iktikad baik pemerintah dalam melindungi hak-hak mereka. Memang, terucap janji pemerintah untuk melindungi hak-hak minoritas. Namun, tentunya pemulihan perlindungan itu tidak berupa sikap berdiam diri saja terhadap gangguan yang muncul di mana-mana dalam dasawarsa tahun ini.

Ketika Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) diserang kanan-kiri, termasuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), tidak ada pihak mana pun yang memperjuangkan hak mereka yang dilindungi UUD 1945. Baru setelah berbulan-bulan lamanya hal itu dikoreksi, dengan pengambilan sikap yang benar terhadap GAI.

Kalau dulu kita pernah disibukkan dengan hubungan antara ajaran Islam dan semangat keagamaan yang sempit, sehingga lahirlah pertentangan kultural antara keduanya, maka sekarang ini justru terjadi suatu hal yang tidak kita duga sama sekali; pertentangan antara ajaran Islam dan modernisasi. Saat ini, kita tersentak oleh “penegasan” MUI bahwa Islam perlu dibela terhadap kesalahan-kesalahan anggapan atasnya.

Karena itu, ada usulan agar karya seni seperti film Perempuan Berkalung Sorban dilarang.Penulis sendiri sebagai orang pondok pesantren tidak melihat pembelaan seperti itu diperlukan. Mana batas yang wajar dari yang tidak, itulah yang harus kita cari. Dinasti Sriwijaya memerintahkan penyerangan atas Jawa Tengah, melalui pelabuhan Pekalongan.

Hasilnya adalah munculnya Borobudur sebagai manifestasi agama Buddha yang dianut sebagian besar penduduk Sriwijaya. Namun, mereka juga menyaksikan munculnya cara baru beragama di Jawa,yaitu kaum Hindu-Buddha.Dia bertahan terus hingga abad ke-15 Masehi, terutama dengan memunculkan Kerajaan Majapahit. Tentu saja,pemunculannya didahului semakin mantapnya peradaban Hindu sebelum itu.

Sementara peradaban itu sendiri didahului peradaban lokal, seperti yang dibawakan Raja Prabu Saka di Medang Kamulan (di Malang Selatan). Jelaslah dari uraian di atas, bahwa perkembangan budaya yang terjadi di negeri kita sangat terpengaruh oleh dialog-dialog antaragama dan budaya, yang masih terus berjalan hingga saat ini.

Nah, kesediaan kita berdialog tentang hal itu juga sangat diperlukan,minimal untuk memetakan masa lampau kita sendiri dan untuk mengetahui banyaknya warisan budaya yang kita terima. Penguasaan atas warisan budaya itu sangat berharga,bukan? (*)

Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/212895/

Share:

Sabtu, 16 Januari 2010

Fenomena 'Gila' Gus Dur

JAKARTA - Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, termasuk presiden dari berbagai negara.

Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur.

Fenomena 'Gila' Gus Dur

JAKARTA - Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, termasuk presiden dari berbagai negara.

Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur.

"Sebab sampeyan sudah membuat Raja ketawa sampai giginya kelihatan. Baru kali ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur.

Melekatnya predikat humoris pada Presiden RI yang keempat itu pun sempat membuat Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz penasaran. Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu.

Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya.

Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu terkenal dengan fenomena 'gila',".

Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut.

"Presiden pertama dikenal dengan gila wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian terdiam sejenak.

Fidel Castro pun semakin serius mendengarkan lanjutan cerita.

"Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur.

Fidel Castro pun diceritakan terpingkal-pingkal mendengar dagelan tersebut.

Share:

Memulai Bisnis Tanpa Uang

Memulai Bisnis Tanpa Uang (Purdi E Chandra)

Mungkinkah kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi masalah permodalan untuk kita memulai bisnis. Cuma masalahnya, dari mana duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang.

Memulai Bisnis Tanpa Uang (Purdi E Chandra)

Mungkinkah kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi masalah permodalan untuk kita memulai bisnis. Cuma masalahnya, dari mana duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang.

Memang, kebanyakan kita selalu mengeluhkan ketiadaan modal uang sebagai alasan mengapa kita “enggan” berwirausaha. Padahal, modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non-fisik, yakni berupa motivasi dan keberanian memulai yang menggebu-gebu.

Saya yakin, jika hal itu bisa terpenuhi, maka mencari modal uang bukanlah persoalan yang tidak mungkin, mesti secara pribadi kita tidak memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis telah ada di depan mata. Tentu, alangkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk memulai berbisnis.

Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank, dan di koperasi atau dari lembaga keuangan, atau dari pihak lainnya. Namun, jika kita ternyata tidak memikili uang tabungan, uang pesangon, atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang ke bank atau koperasi, saya kira kita juga tidak terlalu risau. Karena ada cara untuk kita memulai bisnis, mesti kita tidak memiliki uang tunai sekalipun.

Contohnya, kita bisa menjadi seorang pelantara. Misalnya, menjadi pelantara jual bile rumah, jual motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau dari cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.

Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan pembayaran dimuka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis di mana konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itumau membayar atau mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa pendidikan. Di mana, siswa diwajibkan membayar dulu di depan sebelum proses pendidikannya itu terjadi.

Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen memberikan uang muka dulu. Artinya, ini sama saja kita telah diberi modal oleh konsumen.

Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model ini banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Di mana kita sebagai orang yang memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita sebagai pemilik modal uang.

Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan. Selain itu, bisa saja dengan cara kita mengambil dulu produk yang akan diperdagangkan, hanya untuk pembayarannya bisa kita lakukan setelah produk tersebut terjual pada konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk kita memulai bisnis tanpa uang tunai.

Oleh karena itu, menurut saya, sebaiknya kita tidak perlu berkecil hati atau takut dipandang rendah, bila ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin dengan kita memiliki kemauan besar menjadi seorang wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan selalu ada jalan untuk memulai bisnis. Nyatanya, tidak sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan meski saat memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki uang tunai.

Itu menunjukan bahwa tidak benar kalo ada yang mengatakan: “Tak mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai”. Kuncinya sebetulnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai bisnis yang mengebu-gebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses, apalagi tanpa memiliki uang tunai, itu tidak semudah seperti kita membalikan telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.

Share:

Memasang Adsense di posting

Memasang Adsense di posting

Untuk memasang adsense agar tampil di dialam postingan membutuhkan sedikit trik, karena kalo cuma asal pasang script adsense didalam potingan maka iklan adsense tidak akan muncul. Nha kali ini akan kita bahas trik untuk menampilkan adsense didalam postingan tapi setelah link "Read more" diklik. Gini nih caranya :


1. Login ke blogger kemudian pilih "Layout --> Edit HTML"
2. Beri tanda centang pada kotak "Expand widget template"
3. Cari Kode berikut :


<data:post.body/></p>


4. Hati-hati, di dalam kode HTML yang sudah dipasang "Readmore" biasanaya ada 2 kode seperti itu. Jadi pilih kode yg pertama.
5. Setelah itu letakan kode Google adsense kamu dibawah kode tersebut. Tp sebelumnya perhatikan yg berikut ini.

kode adsense biasanya seperti ini :



<center><script type="text/javascript">
google_ad_client = "pub-5569888573993887";
/* 468x60, created 4/9/08 */
google_ad_slot = "0716000951";
google_ad_width = 468;
google_ad_height = 60;
</script>
<script
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script></center>



Kemudian copy kode adsens dan letakkan dibawah kode <data:post.body/></p>. Lalu simpan Template kamu.

Selamat Mencoba..!



Share:

Jumat, 08 Januari 2010

Mengapa Clinton Ngakak?

Saat Presiden Gus Dur bertemu Presiden AS Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.

Apa yang dikatakan Gus Dur sampqi membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu?


Saat Presiden Gus Dur bertemu Presiden AS Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.

Apa yang dikatakan Gus Dur sampqi membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu?

Menurut Gus Dur, barangkali tentang joke yang disampaikan Presiden John Kennedy.

Gus Dur bercerita, suatau hari Kennedy mengajak serombongan wartawan ke ruang kerja Presiden AS. Di salah satu dindingnya ada sebuah lubang kecil tempat Presiden Dwight Eisenhower menaruh peralatan golfnya.

“Ini lho, perpustakaannya Eisenhower,” kata Kennedy mengejek pendahulunya itu. Clinton terpingkal mendengarkan cerita Gus Dur itu.

Dari mana Tus Dur mendapat cerita itu? “Saya baca di buku Ted Sorrensen,” kata Gus Dur.

“Lho jadi Presiden Clinton sendiri tidak tahu cerita itu?” tanya Jaya Suprana.

“Ya mungkin nggak tahu, sebab dia nggak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku? Kalau dia baca buku berarti kelihatan dia nggak punya kerjaan.

Nah, kalau Presiden Indonesia, justru harus baca buku sebab nggak ada kerjaan,” timpal Gus Dur.
Share:

Pemikiran Gus Dur Harus Dilanjutkan

Pemikiran Gus Dur Harus Dilanjutkan

Keberlangsungan ide dan pemikiran yang di tinggalkan Gus Dur yaitu gigih memperjuangkan demokrasi dan pluralisme, menjadi tanggung jawab pengikutnya. Pemikiran Gus Dur yang tajam dan cemerlang soal kebangsaan, khususnya soal Bhineka Tunggal Eka, telah memberi peranan besar bagi perjalanan bangsa. Praktik yang dilakukan Gus Dur mengenai sikap saling menghormati segala bentuk perbedaandemi tercapainya tatanan masyarakat yang demokratis harus diteladani. Konsep kebangsaan Gus Dur kini menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Gus Dur sebagai sosok yang ideal negarawan produk pesantren , pemikiran Gus Dur mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana ber-Islam dalam konteks ke-Indonesiaan “Gus Dur memandang dan menyakini perbedaan adalah rahmat, sunatullah (telah digariskan Allah) ” Perbedaan itulah yang membentuk warga Indonesia menjadi bangsa yang terhormat, mandiri, dan merdeka lahir batin.
Share:

Selasa, 05 Januari 2010

Berita Duka

Inalillahi Wainalillahirojiun!
Telah Berpulang kehadapan sang Khalik
Guru Bangsa "KH. Abdurahman Wahid" GUS DUR
Semoga Amal ibadahnya diterima disisiNya. Amin!
Share:
Copyright © Kangjeri's Blog | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com