Orang yang gak pintar-pintar..

Kamis, 25 Februari 2010

Ketajaman Gus Dur endus China

Aksi boikot guanxi terasa pasca kerusuhan Mei 1998

Ahad pekan lalu masyarakat Indonesia merayakan 40 hari wafatnya Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid.

Mantan orang No. 1 yang akrab disapa Gus Dur itu meninggalkan kita pada 30 Desember 2009. Ia kembali ke bumi pertiwi, tempat nenek moyangnya pada sekitar 1700-an menjejakkan kaki di Jombang, Jawa Timur.

Salah satu citra Gus Dur yang tak mudah lekang dari ingatan ialah tindakannya yang kerap out of the box. Lawatan ke luar negeri pertama dilakukannya bukan ke Amerika Serikat atau Eropa, tetapi justru ke Republik Rakyat China (RRC). Ini tidak biasa, sebab biasanya presiden negara berkembang melawat ke negara adidaya, membangun persekutuan.

Banyak orang mencibir tindakannya waktu itu (1999) karena dianggap nyleneh. Ketika konferensi pers pertama usai terpilih jadi presiden, Gus Dur menjelaskan latar dan alasannya mengunjungi China. "RRC negara besar dan sangat potensial dari segi ekonomi. Jadi, kita justru rugi tidak berhubungan dengan China," tegasnya.

Dalam konferensi itu pula, seorang wartawan istana sempat nyeletuk, dengan membeberkan sejarah diplomasi RI-RRC yang tidak begitu mulus sejak 1965. Gara-garanya, Peking (sekarang Beijing) diduga kuat oleh pemerintah Orba terlibat dalam G-30-S/PKI, terutama karena menyuplai senjata untuk membantu pemberontakan PKI waktu itu.

Lagi-lagi, Gus Dur menepis, keterlibatan RRC itu hanya sebatas asumsi, belum tentu benar. Berdasarkan alasan rasional sebagaimana yang dikemukakannya, Gus Dur justru balik bertanya, "Kalau kini saya membuka kembali hubungan dengan China, mengapa tidak boleh?"

Gus Dur tetap Gus Dur, sulit dibaca dan ditebak. Ia kokoh dalam pendirian dan terus ngotot pada keyakinan yang dianggap benar.

Hubungan khusus

Secara genealogis, Gus Dur mempunyai hubungan khusus dengan China. Sejarah mencatat, salah seorang keturunan raja Majapahit pernah mempersunting putri raja Campa. Dari buah perkawinan itu, lahirlah Tan Kim Ham, alias Abdul Kadir. Dari garis keturunan Abdul Kadir lahir Sunan Ampel yang melahirkan K.H. Hasyim Asyari, kakek Gus Dur. Ini dicatat dalam buku Yan Bin's Genealogy 1770-2004 (2004) yang diterbitkan Paguyuban Keluarga Keturunan Gan, di mana Gus Dur dan Yenny Wahid aktif di dalamnya.

Itulah sebabnya, Gus Dur membela mati-matian etnis China yang, ketika Orde Baru berkuasa, secara politis dipinggirkan. "Orang yang membenci etnis Cina tidak tahu sejarah. Sebab kalau mau ditelusuri, kita semua keturunan China," kata Gus Dur waktu itu.

Pernyataan Gus Dur kontan membuat orang terperangah. Maka ia pun menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Dan membolehkan kembali simbol serta atribut China berkibar di Nusantara.

Namun, Gus Dur mengajak bangsa Indonesia rekonsiliasi dengan China bukan semata-mata karena ia sendiri keturunan China. Lebih dari itu. Gus Dur melihat, pada masa-masa mendatang China sebagai suatu jaringan (networking/guanxi) perlu dirangkul untuk membangun kembali perekonomian Indonesia yang baru saja dilanda krisis hebat.

Dan kini, ketika area perdagangan bebas Asean-RRC dibuka, hubungan dengan China tidak bisa dinafikan. Gus Dur sudah sejak awal menyiapkan masuknya pengaruh China, bukan saja dari sisi budaya, tapi juga ekonomi dan bisnis.

Gus Dur mafhum, sebagai guanxi, kekuatan China sangat diperhitungkan di mana-mana, di seantero dunia. Studi tentang hal ini, antara lain dilakukan Gary Hamilton (1989). Ia sampai pada simpulan, guanxi memainkan peranan besar dalam kapitalisme di tiap-tiap negara-negara (waktu itu disurvei negara-negara industri baru atau NICs).

Bahkan futurolog John Naisbitt melihat guanxi adalah model kapitalisme di Asia. Dalam buku Megatrends Asia (1996) Naisbitt menyebut kecenderungan besar akan terjadi di Asia, yaitu adanya perubahan paradigma negara-bangsa (nation state) menuju networking.

Seperti juga Gary Hamilton dan Niasbitt, Gus Dur pun meyakini guanxi. Itu sebabnya, ketika orang ramai-ramai mengiritik ia banyak menghabiskan waktu untuk berkunjung ke luar negeri, Gus Dur enteng menjawab bahwa orang yang mengritiknya tak paham apa yang dikerjakannya. Atas kritikan itu, Gus Dur bergeming dan tetap pada pendiriannya: kalau mau selamat, guanxi perlu dirangkul.

Keyakinan diimbuh data dan fakta, membuat Gus Dur memprioritaskan kunjungannya ke China. Kunjungan itu, mencairkan kembali hubungan diplomatik Indonesia-RRC, setelah sekian lama beku akibat kebijakan politik luar negeri Indonesia semasa Orba. Sekaligus Gus Dur menepis opini umum yang mengatakan, selama ini Indonesia secara sistematis telah melakukan diskriminasi rasial.

Apalagi, kerusuhan Mei 1998 seakan-akan membenarkan, memang terjadi apa yang disebut sebagai gerakan etnic cleansing (peminggiran etnis) China di Indonesia.

Aksi boikot para guanxi sangat kita rasakan pascakerusuhan Mei 1998. Ratusan triliun rupiah dana segar milik para taipan, yang notabene keturunan Cina, keluar dari Indonesia saat itu. Ini membuat ekonomi kita yang terpuruk sejak 1997 jadi makin ambruk karena adanya capital outflow.

Pelarian modal keluar negeri ini, antara lain ke Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan RRC sendiri; selain sebagai akibat perasaan was-was akan situasi di Indonesia, juga sebagai aksi protes atas dugaan praktik "etnic cleansing" yang dirasakan kaum minoritas pada Tragedi Mei 1998.

Dana segar itu, kemudian menumpuk di Singapura. Dengan mudah membuat para guanxi "mengobok-obok" rupiah, sehingga nilai tukar atas US$ semakin anjlok. Kejadian itu membuat kita merasa kecil di hadapan sebuah jaringan bernama guanxi, sekaligus menjadi warning bagi kita untuk tidak memandang sepele etnis China lagi di bumi pertiwi karena mereka memiliki jaringan luar biasa.

Masih segar dalam ingatan kita, usai tragedi Mei 1998, sebagai ketua PBNU waktu itu, Gus Dur menyerukan kepada keturunan China yang berada di luar negeri untuk segera kembali ke Indonesia. Gus Dur juga menjamin keselamatan mereka. Dan kepada warga pribumi, dihimbau agar mau membaur dengan warga keturunan.

Rekonsiliasi nasional yang sejak awal dikumandangkan Gus Dur, semakin mendapatkan implementasinya begitu ia dipilih jadi presiden. Untuk memulihkan ekonomi nasional, langkah pertama yang ia lakukan adalah memanggil kembali para pemilik modal agar mau berinvestasi di Indonesia. Gus Dur yakin, suatu pemerintahan yang tidak menerapkan politik rasialis, akan membuat para guanxi merasa aman menanam modal di Indonesia.

Ini pertimbangan ekonomis kunjungan beliau ke China. Dan waktu kemudian membuktikan, Gus Dur yang dianggap nyleneh, ternyata benar. Ia seorang visioner. Butuh waktu 10 tahun agar mata awam tercelik melihat apa yang ia lakukan.

Oleh R. Masri Sareb Putra
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara

Share:

Rabu, 24 Februari 2010

MPTool untuk mereset printer MP150, MP160, MP170, MP180, MP450, MP460

Resetter printer canon untuk jenis MP: MP150, MP160, MP170, MP180, MP450, MP460

Fasilitasnya juga lumayan, bisa digunakan untuk mereset tinta yang hitam ataupun yang berwarna secara terpisah, untuk mereset waste ink counter, dan juga digunakan untuk membackup eeprom printer (file *.bin) dan juga mengembalikan lagi file backup tersebut ke printer, dan juga mereset kekembali eeprom seperti settingan pabrikasinya semual.

Bagi yang menunggu-nunggu resetter untuk tipe tersebut bolah langsung anda coba resetter ini.
Bila ingin mencoba langsung bisa anda download di:
download (versi 0.8.0a)
Web sumber (rusia) (versi 0.9.2)

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya mungkin harus diketahui bahwa printer canon memiliki 3 mode kerja yakni: mode normal, service mode, dan yang terakhir adalah low-level mode.
Kalu mode normal mode yang biasa bekerja saat printer bekerja normal, sedangkan mode service bekerja saat operasioanl service mode (dengan menekan tombol2 tertentu akan masuk service mode). dan yang terakhir adalah low level mode, mode terakhir ini bekerja pada bagian eeprom. Mode yang ketigalah yang dibutuhkan saat menggunakan software MPTool ini untuk operasi eeprom.
Untuk masuk mode low level prosedurnya hampir sama seperti masuk ke mode ’service mode’ yakni dengan langkah-langkah menekan tombol-tombol tertentu sebagai berikut urutan-urutannya:
• Matikan printer (cabut power)
• Tekandan tahan tombol power printer
• Sambungkan kabel power printer
• Tekan dan lepas tombol resume
• Lepaskan tombol power (jika terjadi
pendeteksian hardware baru, instal driver printer,
nanti akan terdeteksi sebagai
‘Canon MP XXX Low-Level Mode
”)


Share:

Selasa, 23 Februari 2010

Senin, 22 Februari 2010

8 Tips Untuk Melakukan Shooting Video Seperti Seorang Profesional

tips and triks
Seperti halnya fotografi, videografi juga membutuhkan sedikit ketrampilan agar menghasilkan gambar yang baik. Jadi shooting dalam videografi tidak sekedar menekan tombol record dan tercipta sebuah video. Untuk menghasilkan video yang baik diperlukan teknik dan trik. Apakah itu? Mari kita lihat lebih lanjut.


1. RTFM
Seorang nelayan yang baik mengetahui dengan benar bagaimana cara menggunakan jalanya untuk menangkap ikan, dan seorang kameramen yang baik mengetahui dengan baik kameranya agar bisa menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Maka anda bisa pelajari bagian kecepatan shutter atau shutter speed, kemudian coba untuk mengambil gambar didalam ruangan dan diluar ruangan, coba pelajari menu-menu yang ada dalam kamera anda. Sebagai langkah awal anda bisa membaca buku manualnya sebanyak 2 kali agar anda lebih mudah untuk memahaminya.

2. Persiapan
Ketika suatu saat anda akan bepergian dengan membawa serta kamera video anda, maka yang perlu anda persiapkan adalah sebagai berikut :
- setidaknya 1 baterai cadangan yang terisi penuh
- sekurang-kurangnya 2 kaset video untuk merekam
- pembersih lensa
- Sebuah tripod, walaupun mungkin nanti anda tidak membutuhkannya
- Charger baterai
- kabel power
- Pelindung kabel, bisa lakban atau sejenisnya untuk melindungi kabel anda dari
injakan manusia atau barang
- Lampu oncam, filter lensa, mikrofon, dan asesoris lain yang anda miliki

3. Gunakan Tripod
Pada kebanyakan video buatan sendiri akan terlihat goyang gambarnya, dan itu sangat tidak enak untuk dilihat. Dan untuk mengatasi itu, maka anda membutuhkan sebuah tripod yang akan menyangga kamera anda tetap tidak bergoyang. Dan dengan itu pula anda dapat melakukan panning maupun zoom dengan lebih halus.
Dan jika anda tidak memiliki tripod, maka usahakan agar anda berada pada dinding. Sehingga anda dapat menyandarkan bagian punggung anda pada dinding untuk mengurangi goncangan kamera.

4. Tingkatkan Pencahayaan
Untuk mendapatkan gambar yang baik, seorang kameramen yang baik akan selalu mengutamakan cahaya, cahaya, dan cahaya. Karena kebanyakan kamera video didesain dengan pencahayaan yang masih kurang. Sehingga kita perlu untuk memiliki sistem pencahayaan sendiri untuk membantu kamera yang sudah kita punya. Seperti Oncam dan lainnya. Jika kondisi pencahayaan kurang, hindari penggunaan autofocus. Untuk menghasilkan video yang baik usahakan pengambilan gambar pada pagi hari atau sore hari.

5. Audio yang baik
Kalau pencahayaan adalah unsur terpenting dalam video shooting, maka audio adalah selanjutnya. Dan penting untuk diketahui bahwa suatu hal yang sulit untuk menghasilkan audio yang baik dalam proses shooting video. Mikrofon yang sudah dibandel dengan kamera merupakan mikrofon dengan kualitas paling dasar, sehingga tidak akan dapat menghasilkan kualitas suara yang baik. Sehingga anda mungkin perlu untuk menggunakan perangkat audio tambahan yang lebih baik.

6. Posisikan Pengambilan gambar anda dengan baik
Seorang fotografer yang baik, maka dia akan mengambil gambar dalam beberapa posisi yang berbeda. Demikian pun anda sebagai seorang kameramen juga harus melakukan hal yang sama dengan mengambil gambar dari beberapa sudut yang berbeda untuk menghasilkan gambar yang lebih bervariasi. Dan jangan pernah gunakan efek-efek video yang ada pada kamera anda sewaktu mengambil gambar. Gunakan efek pada saat proses editing video.

7. Jangan Pernah Gunakan Digital ZOOM
Sejauh apapun jarak anda dengan obyek yang akan anda ambil gambarnya, jangan pernah untuk menggunakan digital ZOOM. Karena hasilnya pasti video anda akan pecah, bahkan sebelum diedit. Penggunaan digital ZOOM adalah kesalahan yang sangat besar dalam dunia video shooting.

8. B-Roll Shoot
B-Roll shoot adalah anda mengambil gambar seolah-olah anda memiliki pedoman alur seperti dalam story board. Sehingga gambar yang anda hasilkan akan lebih bervariatif dan terstruktur sesuai dengan urutan yang benar. Sehingga hasil mixing akhir dari video anda akan terlihat seperti sebuah cerita, bukan sekedar gambar bergerak saja.
Ada pendapat lain? Silahkan kemukakan disini.


Share:

Minggu, 21 Februari 2010

Di Balik Puasa Sunnah Senin-Kamis

Mengapa Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita mesti puasa sunnah pada tiap hari Senin dan Kamis? Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Tirmidzi)

Puasa yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah.

Hal ini juga diakui oleh beberapa orang ahli dari Barat yang non-muslim, seperti Allan Cott M.D (Amerika), Dr. Yuri Nikolayev (Rusia) dan Alvenia M. Fulton (Amerika).

Allan Cott M.D bahkan telah membukukan beberapa hikmah dari puasa ke dalam sebuah buku yang berjudul Why Fast?

Berikut adalah beberapa hikmah dari puasa yang diambil dari buku Why Fast? :

1. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental)
2. To look and fell younger (supaya terlihat dan merasa lebih muda)
3. To clean out the body (membersihkan badan)
4. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak)
5. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan sex)
6. To let the body health itself (membuat tubuh sehat dengan sendirinya)
7. To relieve tension (mengendorkan/melapaskan ketegangan jiwa)
8. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi)
9. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri)
10. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan)

Sementara itu, Dr. Yuri Nikolayev berpendapat bahwa kemampuan puasa yang bisa membuat seseorang menjadi awet muda adalah sebagai suatu penemuan terbesar abad ini. Beliau mengatakan: “What do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting.”
(Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).

Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik perempuan secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).

Ketiga orang ahli tersebut yang notabene adalah non-muslim bahkan mengakui kehebatan dari puasa. Mengapa kita yang muslim justru terkadang melalaikannya? Padahal jelas sekali Rasulullah telah bersabda seperti di atas tersebut.

Mari kita mulai berpuasa, jangan menunggu hingga Ramadhan tiba untuk berpuasa karena belum tentu usia kita akan sampai ke Ramadhan mendatang. Mari kita mulai dengan puasa sunnah Senin-Kamis.
Semoga ALLAH SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-NYA kepada kita semua. Amiin ya Rabb al-’Alamin..

Share:

Sabtu, 20 Februari 2010

Setting warna pada printer epson

“Loh mas..kok hasilnya beda yach ma yg di monitor..?”

mungkin kita sering dengar kalimat diatas ketika kita cetak foto diconter2 HP ato bahkan dirumah.”Tanya kenapa?”…kadang kita mencetak foto dan dokumen tanpa memperhatikan karakter printer dan tinta, dan juga fasilitas dari setting printer itu sendiri.kalo kita mo jeli,sebenarnya merk2 printer mempunyai warna dominan.

Misalnya printer canon dan hp yang cenderung ke warna cyan sedangkan epson cenderung ke magenta.Memang,dengan setting best photo hasilnya akan lebih halus.tetapi tinta yang keluar pun jga gak sedikit.Faktor lain yang menentukan hasil cetak adlah kertas.jenis kertas beda-beda,bahkan 1 jenis pun masih dibedakan lg serat dan tebalnya(gsm).

Okech..gak perlu dipanjangin dan dilebarin tentang kertas.langsung kepusat sasaran..(lg semangat nich).

ketika kita akan mulai cetak,buka properties lalu masuk ke advance.Disitu kita bisa liat beberapa settingan printer epson.Dimulai dari kualitas cetak,karena kita menggunakan advance maka kualitas akan menampilkan user baru.Kemudian kebawah,type kertas.kita sesuaikan dengan tipe kertas.misal,glossy paper,ultra glossy,premium glossy,matte ato yang lainnya.tidak semuanya hasil bagus menggunakan jenis ultra glossy.karena printer menyesuaikan dari tipe kertas,jadi ketika kita cetak dengan kertas matte ato yang biasa membuat ID Card dengan kertas PVC maka ubahlah dengan settingan matte.

Stelah printer melakukan cetak,perhatikan warna dominan dan samakan dengan monitor.ubah warnanya dan kita simpan pada panel save setting dan beri nama,misalkan new.coba beberapa kali untuk menghasilkan cetakan yang mirip dengan tampilan dimonitor dengan mengubah warna,brightness,contrast dan saturation.

Jika kita sering menggunkan untuk cetak foto, setting ja pada control panel,printer and fax dan buka properties printer yang akan digunakan

pilih Printing Preferences…

dan klik OK

Selesai sudah..jadi kalo pengen cetak foto gak perlu nbuka-buka properties tp kalo kita sering untuk printing dokumen,lebih baik apa adanya ja.gunakan new ketika mo cetak foto.

Oke dech..sory kalo banyak kurangnya.boleh ditambahin…GRATISSS

Thanx n Gd Luck
Basic9998
Share:

Kamis, 18 Februari 2010

Pesantren, Jihad dan Teror

Oleh: A. Mustofa Bisri

Sebagai orang yang dibesarkan di pesantren, sama sekali saya tidak kaget mendengar pesantren dikait-kaitkan oleh pejabat tinggi negeri ini dengan teroris. Kita maklum belaka kebiasaan berpikir lugu kebanyakan petinggi kita yang gampang mengait-ngaitkan masalah dan suka dengan spontan menunjuk-nunjuk pihak lain.

Inilah cara yang paling sederhana untuk menghindar dari dan sekaligus menunjukkan tanggung jawab. Bahkan saya tidak kaget kalau spontanitas sederhana pejabat tinggi itu kemudian menjadi semacam kebijaksanaan yang diikuti membabi-buta oleh bawahan-bawahannya. Saya juga tidak kaget kalau pada gilirannya pers meramai-kembangkan hal itu

Boleh jadi petinggi yang bersangkutan memang mendengar pengakuan salah satu atau beberapa pelaku teror yang tertangkap, atau melihat dokumen yang ditemukan yang menunjukkan bahwa ada tersangka teroris yang mengaku jebolan pesantren. Apalagi bila pejabat tinggi itu termasuk yang termakan opini bahwa sumber teror adalah dari pemahaman ajaran Islam, maka pesantren yang diketahui merupakan tempat pendidikan agama Islam akan tampak logis dijadikan kambing hitam.

Saya yakin semua orang tahu bahwa saat ini jenis pesantren banyak sekali. Bahkan –seiring banyaknya kiai tiban— banyak pula pesantren tiban. Dan pesantren yang disebut ‘salaf’ –katakanlah pesantren yang ‘asli’— baik yang kemudian menamakan diri sebagai pesantren modern atau yang disebut orang tradisional, sudah memiliki jati diri sendiri yang tidak mudah dikagetkan oleh kepanikan orang --termasuk pejabat-- yang panikan.

Sejak mula pesantren ‘salaf’ meyakini suatu akidah pemikiran ahlussunnah wal jamaah yang bercirikan tawassuth wal i’tidaal, tengah-tengah dan jejeg, dengan missi melanjutkan missi Rasululullah SAW rahmatan lil ‘aalamiin, menebar kasih sayang ke semesta alam. Pesantren yang masih merupakan mayoritas ini, masih dipimpin dan diasuh oleh kiai-kiai –dengan sedikit pengecualian-- yang yanzhuruuna ilal ummah bi ‘ainirrahmah, yang memandang umat dengan mata kasih sayang. Bersikap lemah lembut kepada sesama seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Ajarannya juga masih tetap Addiinu annashiihah liLlahi walikitaabihi walirasuulihi waliaimmatil muslimiin wa’aammatihim, berlaku baik terhadap Allah dengan membenarkan keyakinan dan ikhlas beribadah kepadaNya; berlaku baik terhadap kitabNya dengan mempercayai dan mengamalkan isinya; berlaku baik terhadap rasulNya dengan mempercayai risalahnya dan mengikuti ajaran dan perintahnya; berlaku baik terhadap para pemimpin dengan mentaati mereka dalam kebenaran dan menasehati mereka bila nyeleweng; berlaku baik terhadap umumnya umat dengan menunjukkan kebaikan kepada mereka dalam urusan dunia maupun akherat.

Namun kalangan pesantren –termasuk organisasinya seperti RMI dan NU—bisa mengambil hikmah dari dikait-kaitkannya pesantren dengan terorisme ini. Minimal hal ini dapat menyadarkan mereka bahwa ketika dunia dikuasai ‘ideologi-ideologi’ ekstrem seperti sekarang, ‘ideologi’ mereka yang tawassuth wal i’tidaal berasaskan kasihsayang sangat sangat dibutuhkan. Dan pada gilirannya mendorong mereka untuk lebih menampilkan jati diri mereka sebagai pelopor pemikiran dan sikap jejeg dan tengah-tengah, menebarkan rahmatan lil’aalamiin; serta lebih aktif menjelaskan pemahaman yang benar tentang ajaran Rasulullah SAW melalui lisan, tulisan, maupun tindakan, tidak saja kepada pihak luar, tapi juga kepada kalangan sendiri yang masih belum benar-benar bisa memahami samhatal Islam, kelapangan Islam.

Kalangan pesantren mesti mengkaji ulang dan memperbaiki cara mereka mulang dan memberi pengajian. Karena ternyata belakangan banyak konsep-konsep keliru yang laris manis justru karena dikemas dan diajarkan dengan cara yang canggih. Soal ‘jihad’ misalnya. Ternyata istilah yang sudah ‘ma’lumun fiddiini bidhdharurah’ di kalangan pesantren ini, kini masih ada yang mempersoalkan atau dipersoalkan lagi akibat adanya pemahaman baru yang bukan saja merusak maknanya, tapi juga merusak citra Islam itu sendiri.

Bukan saja jihad diartikan hanya sebagai qitaal, perang, tapi jihad dan qitaal itu sendiri sudah tercerabut dari gandengannya yang tidak boleh dipisahkan: fii sabiiliLlah. Qitaal –fii sabiiliLlah sekalipun-- yang tidak mengikuti jalan Allah, sama saja dengan teror! Sama dengan amar-makruf-nahi-munkar yang seharusnya dilakukan secara makruf, kini sudah ada yang melakukannya dengan cara yang mungkar; demikian juga jihad sudah ada yang melucuti sabiiliLlah-nya. Berjuang di jalan Allah tanpa mengindahkan jalan Allah. Jihad dengan Quran --sebagaimana difirmankan Allah “Wajaahidhum bihi jihaadan kabiiran” ,“Berjuanglah terhadap mereka dengannya (Quran) dengan jihad yang besar” (Q. 25: 52)— yang menebarkan rahmat dan kehidupan, kini kalah populer oleh ‘jihad’ dengan bom yang menebarkan laknat dan kematian.

Waba’du; akan halnya teror itu sendiri yang menjadi biang masalah, saya sudah pernah menulis dan mengatakan antara lain bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teror berarti: 1. perbuatan (pemerintahan dsb) yang sewenang-wenang (kejam, bengis, dsb); 2. usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.

Jadi apakah itu pemerintah, perorangan, atau golongan bisa melakukan teror. Pemerintah kolonialis Belanda dan Jepang yang melakukan teror terhadap rakyat Indonesia kemudian ditiru oleh pemerintah orde baru, terutama di awal-awal kekuasaannya. (Anda masih ingat menjelang pemilu tahun 1971? Pemerintah yang didukung oleh ABRI waktu itu melakukan teror yang luar biasa kejam kepada rakyatnya sendiri. Penculikan, penyiksaan, penindasan, dan hal-hal lain yang mengerikan dilakukan oleh aparat pemerintah. Masih ingat lembaga atau apa yang bernama Babinsa –bersama koramil—yang tahun 70-an menjadi momok di daerah-daerah karena kebengisannya?).

Di luar Indonesia, sampai saat ini pemerintah Amerika masih terus meneror dunia dengan tindakan-tindakannya terhadap ‘negara-negara kecil’ seperti Afganistan, Irak, Iran, Syria yang dianggapnya tidak manut kepada negara adi daya itu. Pemerintah Israel meneror Yasser Arafat dan rakyat Palestina. Dan kebetulan negara-negara sasaran itu dikenal sebagai negara-negara kaum muslimin. Dua pemerintahan yang saling mendukung itulah antara lain yang --dengan ketidakadilan alias kezaliman mereka-- melahirkan ‘teroris-teroris gelandangan’ dimana-mana. Pihak kecil yang gregetan dan frustasi terhadap kezaliman pihak yang kuat seringkali kalap dan menjadi zalim pula. Kezaliman melahirkan kezaliman dan kedua-duanya melahirkan kegelapan.

Khusus di republik yang tertatih-tatih oleh timbunan utang, koruptor, dan seabrek masalah ini, merekrut ‘pejuang teror’ kiranya jauh lebih mudah dari pada menangkap teroris. Disini orang kecil atau rakyat yang bodoh dan melarat banyak, orang besar atau pemimpin yang korup dan tak bertanggungjawab juga banyak. Disini untuk beberapa ribu rupiah, akal bisa hilang dan nyawa bisa melayang. Bayangkan bila ada doktrin yang bisa meyakinkan kepada orang yang sudah sedemikian sumpeknya terhadap kehidupan dunia ini, bahwa bila dia mau mengorbankan nyawanya, dia bukan sekedar akan mendapat beberapa ribu rupiah, tapi akan mendapatkan kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang berbahagia tanpa rasa takut dan susah. Sorga.

Menurut saya, teroris akan mudah –bahkan mungkin hanya bisa—dikikis oleh sikap adil penguasa. Saya yakin Amerika akan bisa tidur tenang, bila mereka tidak memilih pemimpin zalim semacam Bush. Dan disini, di negeri ini, doktrin teroris macam Noordin M. Top tidak akan laku, bila pemerintah lebih serius memikirkan kesejahteraan rakyatnya dan para pemimpin agama serius membimbing ke arah penguatan dan pengkayaan batin mereka.
Wallahu a’lam.



Share:

Selasa, 09 Februari 2010

Lain Dulu, Lain Sekarang

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid*

Ketika bangsa Indonesia berdiri, ada sebuah hal yang sangat menarik,yaitu istilah "merdeka". Dengan kata yang digunakan dalam penggunaan berbeda-beda,maka didapat beberapa arti dan makna. Kata merdeka berarti lepas atau bebas.


Sekarang ini, kata merdeka itu juga digunakan oleh pihak keamanan, seperti merdeka dari penahanan atau bisa diartikan bebas. Namun,kata merdeka lebih dari bebas. Bagi sebuah bangsa, merdeka berarti lepas dari penjajahan. Kata ini digunakan untuk menunjukkan kepada kemandirian politik, ekonomi,maupun lain-lainnya.

Merdeka secara ekonomi, berarti sama sekali tidak bergantung kepada negara lain dalam segala hal. Secara politik, berarti lepas dari penjajahan pihak lain. Contohnya, lepasnya Indonesia dari pen-jajahan kolonial Belanda sehingga bangsa kita mampu segera mengembangkan budaya politik, ekonomi, dan lainnya sendiri.
Kalimat seperti negara A mampu memelihara kemerdekaan yang dicapainya, baik melalui perang maupun dengan cara berunding, merujuk kepada aspek-aspek kemerdekaan itu. Inilah yang digunakan oleh Undang-Undang Dasar 1945 kita.

Ketika almarhum Raja Ali Haji dari Riau mengubah buku Tata Bahasa Melayu, maka dengan sengaja ia telah "memerdekakan" bahasa Melayu dari bahasa Belanda.Buku ini menjadi cikal-bakal lahirnya bahasa Indonesia.Lahirnya bahasa Melayu sebagai lingua franca, menjadi cikal-bakal dari tumbuhnya kesadaran suku-suku yang ada di nusantara untuk membangun sebuah ikatan kebangsaan.

Hal ini terlihat dengan berdirinya Boedi Oetomo (BO), yang menjadi salah satu bangunan inti kebangsaan kita. Meski demikian, semangat menjadi satu bangsa ini telah tampak dalam sejarah kita sejak abad ke-8.Padahal,Kerajaan Majapahit sendiri baru lahir di tahun 1293 Masehi.

Pada abad ke-8 Masehi, seorang agamawan Budha dari Tiongkok bernama Fahien telah melaporkan adanya semangat menghargai perbedaan di Sriwijaya,Sumatera Selatan. Dua abad setelahnya, orang-orang Sriwijaya menyerbu Pulau Jawa melalui pela-buhan lama Pekalongan. Dalam perjalanan mendaki Gunung Dieng,mereka ditemui oleh orang-orang Kalingga Hindu.

Orang-orang Hindu itu tidak diapa-apakan. Pasukan Sriwijaya tersebut melanjutkan sampai di daerah Muntilan,yang sekarang ini menjadi bagian Kabupaten Magelang. Di sana mereka membangun candi yang dinamakan Borobudur. Sebagian mereka tinggal di Borobudur dan sebagian lagi menuju kawasan Yogyakarta sekarang.

Di kawasan baru itu, mereka dirikan Kerajaan Kalingga Budha dan mendirikan Prambanan, sebuah candi Hindu-Budha yang segera dimusuhi oleh orang Hindu maupun orang Budha. Mereka menganggapnya sebagai agama "campur- aduk". Di bawah pimpinan Prabu Darmawangsa, mereka berpindah dari Prambanan ke Kediri.

Dua abad kemudian, mereka berpindah lagi ke Kerajaan Singasari di Utara kota Malang sekarang.Di sana orang-orang Hindu-Budha itu mendirikan Kerajaan Majapahit di dukung oleh angkatan laut Cina, yang waktu itu hampir seluruhnya memeluk agama Islam. Dari sini kita dapat melihat bahwa asas kebangsaan itu tidak dapat digantikan oleh apa pun.

Namun, sekarang lahir kelompok-kelompok fundamentalis yang mengajak kita semua meninggalkan semangat kebangsaan yang telah mempersatukan kita sebagai bangsa sejak berabad-abad yang lalu. Sebenarnya, setelah dikuatkan oleh UUD 1945,kita telah bertekad mencapai kemerdekaan politik, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
Hal ini seharusnya senantiasa kita ingat sebagai bagian penting dari sejarah kita sebagai bangsa. Inilah modal bangsa kita untuk merengkuh kehidupan masa depan, bukan?

kangjeri.blogspot.com
Share:

Senin, 08 Februari 2010

FID-DUNYA HASANAH WAFIL-AKHIRATI HASANAH

Oleh: A. Mustofa Bisri

Kepentingan pembangunan–seperti juga pada jaman revolusi, yaitu kepentingan revolusi–ternyata tidak hanya memerlukan dalil aqli, tapi juga dalil naqli. Apalagi jika masyarakat menjadi subyek–atau obyek–pembangunan justru “kaum beragama”.


Apabila pembangunan itu menitikberatkan pada pembangunan material (kepentingan duniawi), meski konon tujuannya material dan spiritual (kepentingan akhirat), maka perlu dicarikan dalil-dalil tentang pentingnya materi. Minimal pentingnya menjaga “keseimbangan” antara keduanya (material bagi kehidupan dunia dan spiritual bagi kehidupan akhirat).

Maka, dalil-dalil tentang mencari–atau setidak-tidaknya tentang peringatan untuk tidak melupakan–kesejahteraan dunia, pun perlu “digali” untuk digalakkan sosialisasinya.

Tak jarang semangat ingin berpartisipasi dalam pembangunan material-- yang menjadi titik berat pembangunan– ini mendorong para dai dan kyai justru melupakan kepentingan spiritual bagi kebahagiaan akhirat. Atau, setidaknya, kurang proporsional dalam melihat kedua kepentingan itu.

Ketika berbicara tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, biasanya para dai tidak cukup menyitir doa sapu jagat saja: Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Biasanya, mereka juga tak lupa membawakan Hadist popular ini: I'mal lidunyaaka kaannaka ta'iesyu abadan wa'mal liakhiratika kaannaka tamuutu ghadan, yang galibnya berarti “Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi dan beramallah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. Kadang-kadang, dirangkaikan pula dengan firman Allah dalam Surat al-Qashash (28), ayat 77:“Wabtaghi fiimaa aataakallahu 'd-daaral aakhirata walaa tansanashiebaka min ad-dunya....” yang menurut terjemahan Depag diartikan,“Dan carikan pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi…”.


Umumnya orang–sebagaimana para dainya–segera memahami dalil-dalil tersebut sebagai anjuran untuk giat bekerja demi kesejahteraan di dunia dan giat beramal demi kebahagiaan di akhirat.

Kita yang umumnya–tak usah dianjurkan pun–sudah senang “beramal” untuk kesejahteraan duniawi, mendengarkan dalil-dalil ini rasanya seperti mendapat pembenar, bahkan pemacu kita untuk lebih giat lagi bekerja demi kebahagiaan duniawi kita.

Lihat dan hitunglah jam-jam kesibukan kita. Berapa persen yang untuk dunia dan berapa persen untuk yang akhirat kita? Begitu semangat–bahkan mati-matian–kita dalam bekerja untuk dunia kita, hingga kelihatan sekali kita memang beranggapan bahwa kita akan hidup abadi di dunia ini.

Kita bisa saja berdalih bahwa jadwal kegiatan kita sehari-hari yang tampak didominasi kerja-kerja duniawi, sebenarnya juga dalam rangka mencari kebahagiaan ukhrawi. Bukankah perbuatan orang tergantung pada niatnya, “Innamal a'maalu binniyyaat wa likullimri-in maa nawaa.” Tapi, kita tentu tidak bisa berdusta kepada diri kita sendiri. Amal perbuatan kita pun menunjukkan belaka akan niat kita yang sebenarnya.

Padahal, meski awal ayat 77 Surat sl-Qashash tersebut mengandung “peringatan” agar jangan melupakan (kenikmatan) dunia, “peringatan” itu jelas dalam konteks perintah untuk mencari kebahagiaan akhirat. Seolah-olah Allah– wallahu a'lam– “sekadar” memperingatkan, supaya dalam mencari kebahagiaan akhirat janganlah lalu kenikmatan duniawi yang juga merupakan anugerah-Nya ditinggalkan. (Bahkan, menurut tafsir Ibn Abbas,“Walaa tansa nasiibaka min ad-dunya” diartikan “Janganlah kamu tinggalkan bagianmu dari akhirat karena bagianmu dari dunia”).

Juga dalil I'mal lidunyaaka… --seandainya pun benar merupakan Hadist shahih–mengapa tidak dipahami, misalnya,“Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi.” Nah, karena kamu akan hidup abadi, jadi tak usah ngongso dan ngoyo, tak perlu ngotot. Sebaliknya, untuk akhiratmu, karena kamu akan mati besok pagi, bergegaslah. Dengan pemahaman seperti ini, kiranya logika hikmahnya lebih kena.

Sehubungan dengan itu, ketika kita mengulang-ulang doa,“Rabbanaa aatina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah,” bukankah kita memang sedang mengharapkan kebahagiaan (secara materiil) di dunia dan kebahagiaan (surga) di akhirat, tanpa mengusut lebih lanjut, apakah memang demikian arti sebenarnya dari hasanah, khususnya hasanah fid-dunya itu?

Pendek kata, jika tak mau mengartikan dalil-dalil tersebut sebagai anjuran berorientasi pada akhirat, bukankah tidak lebih baik kita mengartikan saja itu sebagai anjuran untuk memandang dunia dan akhirat secara proporsional (berimbang yang tidak mesti seimbang).

Memang, repotnya, kini kita sepertinya sudah terbiasa berkepentingan dulu sebelum melihat dalil, dan bukan sebaliknya. Wallahu a'lam.

Share:

Senin, 01 Februari 2010

Revolusi Media Pengajaran

Rabu, 27/01/2010 | www.detik.com
Jakarta - Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Keterlibatan seluruh anggota masyarakat menjadi sangat penting. Namun, rendahnya kesadaran akan arti penting pendidikan menjadikan banyak pihak membiarkan masalah yang muncul menjadi semakin membesar dan baru tersadarkan ketika memberikan dampak buruk.


Oleh karenanya menumbuhkan kesadaran tentang arti penting pendidikan merupakan langkah awal yang harus ditempuh sebelum menuntut banyak pihak untuk lebih mencurahkan perhatiannya pada pendidikan. Secara umum perkembangan teknologi telah mempengaruhi segala sendi-sendi kehidupan. Tidak terkecuali dunia pendidikan.

Di negara-negara maju pemanfaatan teknologi untuk mendorong pembelajaran yang lebih inovatif ini terus dikembangkan. Guna mencetak manusia pembelajar yang update dengan teknologi. Dengan kata lain bahwa upaya ini meminimalisir manusia yang gagap teknologi. Sementara di negara berkembang keberadaan teknologi dalam pembelajaran ini masih dalam tahap pemanfaatan. Sehingga, masih perlu optimalisasi pemanfaatan secara kontinyu pada sumber daya manusia pendidikan Indonesia. Dalam hal ini ialah guru.

Dunia pendidikan Indonesia menghadapi ACFTA 2010 ini juga perlu mendorong peningkatan mutu dan layanan dalam pembelajaran. Memberikan pengawasan ketat terhadap pengaruh asing yang mungkin menimbulkan dampak negatif, dan memberikan ruang yang luas untuk berkreasi menemukan inovasi-inovasi terbaru. Hal ini semata-mata untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam percaturan di era pasar bebas saat ini.

Di tengah-tengah persaingan ini tentunya dunia pendidikan perlu melakukan revolusi dalam pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan dalam merevolusi ini ialah penggunaan media yang menarik bagi peserta didik. Media belajar dapat berpengaruh pada kualitas penyerapan informasi bagi peserta didik. Sebab, hadirnya media belajar ialah untuk mendekatkan antara teori dengan realitas dan mengkonkritkan konsep yang abstrak.

Media pembelajaran berbasis e-learning dapat dikembangkan dalam rangka proses penyampaian informasi sekaligus penguasaan terhadap teknologi. Media yang akan dikembangkan ini semestinya mampu mengarahkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas. Setidaknya dapat mengambil posisi yang saling mendukung sebagai upaya meningkatkan pengetahuan.

Pengetahuan sifatnya sangat luas sehingga tidak hanya satu hal saja dapat diperoleh dari pembelajaran dengan media elektronik ini. Pembelajaran semacam ini ke depan menjadi tren yang mau tidak mau harus dilakukan di bidang pengajaran. Aspek yang luas dapat dikaji dengan memanfaatkan sumber yang semakin mudah pula diperoleh.

Tantangan ke depan ialah bagaimana menjadikan pembelajaran berbasis e-learning ini dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyerap segala informasi yang diperolehnya dari berbagai macam sumber. Filterisasi yang ketat terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin dapat ditimbulkan dari sumber yang salah juga menjadi koreksi bagi pemangku kebijakan bidang komunikasi dan informasi.

Selebihnya kewenangan lain dapat pula diambil oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam membatasi upaya plagiat terhadap karya orang lain dalam hal pemikiran. Hal ini mendorong manusia Indonesia yang lebih sportif dan menjunjung tinggi orisinalitas karya.

Sumber yang sangat terbuka ini ternyata menimbulkan kenyataan negatif dan banyak dijumpai upaya copy - paste terhadap karya orang lain. Oleh karenanya pengawasan yang ketat dapat dilakukan oleh semua pihak yang terkait misalnya pendidik dan editor jika ingin diterbitkan.

Kita sadari bahwa upaya tersebut tidaklah mudah dilakukan mengingat luasnya sumber informasi yang dapat diakses oleh semua orang. Karena pentingnya hal tersebut maka pengawasan dari semua pihak sangat efektif. Hingga pada akhirnya pemanfaatan sumber informasi yang luas ini membawa kebermanfaatan bersama tanpa ada pihak yang dirugikan.

Rudiono
Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta dan ketuaK omunitas Peduli Pendidikan "Educlique" Yogyakarta.

Share:

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Dilematis

Jumat, 29/01/2010 | www.detik.com
Jakarta - Di awal tahun ini sempat mencuat wacana proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dan difasilitasi oleh pemerintah merupakan program dilematis. Dengan alasan cukup mendasar bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ingin mengembalikan kembali nilai-nilai luhur bangsa seperti kejujuran, gotong-royong, dan keterbukaan merupakan semangat mentalitas yang bisa muncul dalam sebuah mileu masa lalu saja.


Memberdayakan masyarakat tentu saja bukan sebuah proses apologetik. Menghidupkan kembali semangat masa lalu di hari ini yang sarat dengan beberapa perbedaaan mendasar dalam kehidupan di masyarakat. Dilatarbelakangi oleh perbedaaan waktu, latar, setting, mileu, dan mentalitas manusia itulah hal tersulit dari siapa pun untuk membangkitkan kembali semangat nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan.

Fasilitasi yang diberikan oleh pemerintah baik berupa anggaran maupun konsep pemberdayaan memang mengacu pada tataran realistis dan dipengaruhi oleh nilai-nilai empiris. Bahkan, melalui proses analisa terhadap kehidupan masa lalu dan kini. Hanya saja sebuah proses yang diturunkan dari atas ke kelompok akar rumput perlu pembenahan dan pengadaptasian lingkungan di mana kita sedang hidup.

Bisa dibayangkan. Masyarakat dengan kapasitasnya sebagai akar rumput tiba-tiba harus mengelola proyek pembangunan dengan nominal uang di atas Rp 300,000,000 per tahun. Sementara dalam PNPM ada sebuah siklus yang harus dilalui oleh masyarakat tersebut.
Siklus-siklus tersebut pun kadang diabaikan oleh masyarakat dengan alasan sebuah percepatan, progres, dan masyarakat sekarang sudah pada cerdas. Tentu, hal tersebut akan menimbulkan sebuah sinyal. Bahwa saat ini semangat individualismelah yang menjadi landasan berpijak mayoritas masyarakat kita.

Dalam iklim individual seperti ini progres dan percepatan memang bisa dicapai. Pemberdayaan bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Namun, penguatan mentalitas terhadap sebuah keinginan dan itikad ingin mengenal satu sama lain, menghargai jerih payah orang lain, akan terhapus dalam kehidupan.

Dalam iklim individual yang kuat dan mendominasi dalam setiap ranah kehidupan dan cara-cara memberdayakan masyarakat membutuhkan sebuah ketepatan strategi. Agar program apa pun tidak menjadi sebuah paradigma dilematis.

PNPM hadir dan masyarakat sejak lima tahun terakhir telah menikmati hasilnya. Perlu diingat selama lima tahun ini --terutama di Kota Sukabumi, bukan perjalanan mulus dan tanpa masalah. Normatif memang. Sampai, penulis bisa membuat satu simpulan besar. PNPM merupakan sebuah program dilematis. Satu sisi ingin mengembalikan kembali nilai-nilai luhur bangsa namun pada saat yang bersamaan masyarakat dituntut untuk melakukan progres pemberdayaan dengan penjadwalan tanpa kerangka.

Harus diakui ini memang permasalahan mendasar PNPM di negara ini. Progres pemberdayaan seharusnya sejalan dengan pembuatan jadwal dan rencana kegiatan. Bukankah orang-orang yang ditempatkan di PNPM ini merupakan orang-orang pilihan yang sudah bisa membaca dan memprediksikan kegiatan ke depan. Lalu, mengapa antara proses pemberdayaan dengan jadwal kegiatan seolah selalu tidak klop. Kadang pemberdayaan dilakukan mendahului jadwal kegiatan. Pada saat lain kegiatan yang mendahului progres pemberdayaan.

Akibat langsung yang terjadi di masyarakat adalah masyarakat kembali bingung karena dibingungkan oleh permasalahan mendasar seperti di atas. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) bisa menghantam siapa saja. Terutama fasilitator PNPM dengan cara bagaimana pun. Aturan-aturan pun kadang kurang jeli dalam mengahadapi manuver BKM di akar rumput. BKM dengan alasan pemberdayaan bisa saja melakukan pemotongan terhadap anggaran kegiatan yang semestinya dinikmati langsung oleh masyarakat.

Kasus-kasus pemotongan terhadap anggaran kegiatan biasanya didalihkan terhadap pengadministrasian karena rata-rata KSM kurang memahami pengadministrasian anggaran kegiatan. Ketidakmengertian inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa BKM untuk melakukan pemotongan anggaran kegiatan.

Lantas apa yang dilakukan oleh KWM sebagai orang tua asuh fasilitator di tingkat Kota atau Kabupaten ketika melihat fenomena ganjil seperti di atas. Lumrah memang. Mentalitas bangsa ini selalu ingin mencari jalan keluar, dikompromikan, dan jalan keluar itu akan menyelamatkan semua pihak. Maka, virus seperti ini akan menyebar kepada BKM-BKM lain karena kebiasaan kita memang sering menjadikan kebiasaan jelek sebagai barometer dalam bertindak kita. Lemahnya aturan ini akan dimanfaatkan oleh orang-orang oportunis untuk menggembosi BKM lebih umum PNPM.

Masalah terbesar dalam kasus seperti ini akan munculnya benturan di kelompok akar rumput. Maka, apa yang akan dihasilkan oleh program pemberdayaan ketika kelompok kelompok di akar rumput saja sudah tidak bisa dikendalikan karena ada di dalam hirup pikuknya benturan. Baik pemikiran, terlebih perang mulut, dan saling salah menyalahkan.

Sehebat apa pun konsep pemberdayaan jika tidak dibarengi dengan ketegasan orang orang yang berada di dalamnya serta aturan dan penegakan hukum adalah isapan jempol belaka. Satu hal lain penguatan mentalitas harus diarahkan dengan mengedepankan pengentasan masalah mendasar masyarakat. Saat ini permasalahan mendasar masyarakat adalah lemahnya semangat entreupreneur, kewirausahaan, penemuan jati diri. Bukan melulu dikucuri dana untuk memperkuat dan membangun beberapa gang, jalan lingkungan, dan MCK.

Warsa Suwarsa
Jl Widyakrama Sukabumi
warsa_suwarsa@yahoo.com
085310116936

Share:
Copyright © Kangjeri's Blog | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com