Manusia itu bahasa jawanya MANUNGSA yang
bisa dipahami sebagai MANUNGgaling raSA alias BERSATUNYA SEMUA
RASA-RASA. Jadi kalo anda merasa menjadi manusia ya semua rasa-rasa itu
HARUS ADA !!! Kalo anda merasa MALAS, SEDIH, GALAU, BAHAGIA ya itu
MANUSIAWI dan alamiah, karena ANDA MANUSIA, MANGUNGGALING RASA! Kita
bisa MENGENAL RAJIN karena punya RASA MALAS, kita bisa mengenal OPTIMIS
karena ada RASA PESIMIS, semua memang harus berpasangan. Sebenarnya
dinamika dalam diri itu tidak akan jadi masalah. Karena semuanya
sebagaimana roda akan berputar dan pasti berlalu. BETAPAPUN BAHAGIANYA
ANDA PASTI TIDAK AKAN SELAMANYA BEGITU. Sebaliknya, BETAPAPUN SEDIHNYA
ANDA TIDAK AKAN SELAMANYA BEGITU. Lalu apa yang jadi masalah? Akan jadi
masalah ketika kita mempermasalahkannya. Ketika kita membenci dan ingin
mengusir bagian dari diri kita sendiri. Dan secara otomatis bagian itu
akan semakin menguat untuk mempertahankan diri. Maksudnya bagaimana?
Jika kita membenci dan ingin membuang rasa malas itu maka ia akan
semakin menguat. So harus bagaimana donk?
.
Cara terbaik adalah dengan MENERIMANYA.
Ya anda tidak salah baca, MENERIMANYA. Dengan menerimanya maka tekanan
pada jiwa kita akan berkurang bahkan lenyap. Dengan menerima kita justru
bisa melepaskannya. Inilah inti dari berdamai dengan diri sendiri. Loh,
kalau lagi malas kok diterima? Apa jadinya gak tambah malas? Sudah saya
sampaikan di note bagian satu bahwa malas pun baik. Hanya saja kadang
kita keliru mengasosiasikannya dengan hal yang buruk dan tidak
memberdayakan. Ingat bahwa CEPAT dan LAMBAT pada sebuah sepeda motor itu
sebenarnya sama-sama kekuatan. Hanya saja menjadi konyol saat kita
lewat di pasar banyak orang menggunakan CEPAT dan saat menyalip malah
menggunakan LAMBAT. Seharusnya, saat lewat di pasar banyak orang,
LAMBATLAH. Dan saat kita menyalip kendaraan, CEPATLAH. Anda tentu tidak
mau punya motor yang HANYA BISA CEPAT SAJA atau HANYA BISA LAMBAT SAJA.
LAMBAT dan CEPAT anda butuhkan dalam sebuah motor karena keduanya
merupakan KEKUATAN. Nah sebagaimana analogi sepeda motor itu sama halnya
bagaimana kita memandang bagian-bagian dalam diri kita. Semuanya
sebenarnya diberikan Tuhan sebagai kekuatan. Kita harus bijak dalam
menempatkan atau menggunakannya sesuai situasi dan kondisi.
.
.
Nah, yang saya cermati berdasarkan
pengalaman pribadi saya dulu, kesalahan umum yang terjadi adalah kita
kadang menyiksa diri atas nama berpikir positif. Saat malas kita
berupaya “melawannya” dengan affirmasi SAYA RAJIN !! SAYA RAJIN !!
Dengan cara ini justru jiwa dan perasaan kita akan semakin ditekan dan
menghantam ke dalam. Seharusnya kita terima dulu apa adanya sehingga
setelah jadi netral baru kita baru kemudian kita berafirmasi positif.
Dengan note ini saya sebenarnya sedang membuktikan apa yang saya tulis.
Bukankah anda bisa melihat note bagian satu dengan note lanjutannya ini
jedanya begitu lama? Ya, saya kena RASA MALAS. Nah saya langsung
buktikan apa yang terjadi ketika saya MELAWAN RASA MALAS ITU SECARA
FROTAL? Badan saya sih ready, siap di depan laptop karena SAYA PAKSA
dengan kalimat SAYA RAJIN, SAYA RAJIN. Namun PIKIRAN saya BLANK !! Gak
bisa menuliskan apapun. Di hari yang lain saya lawan lagi dan TETAP
BLANK, demikian juga dengan hari-hari lainnya. Nah dini hari ini saya
sebenarnya malas sekali karena masih lelah dengan kegiatan pelatihan
yang beruntun. Tapi ketika saya menerima apa adanya eh justru jari-jari
saya dan ide-ide dalam pikiran saya mengalir dengan sangat cepat.
.
Apa persisnya yang saya lakukan? Saya
punya sebuah kalimat yang menjadi pamungkas saya untuk BERDAMAI DENGAN
DIRI SENDIRI. Kalimat ini tentu TIDAK ASING bagi anda yang pernah
belajar SEDONA METHOD, EFT dan SEFT. Begini kalimatnya ; “WALAUPUN SAYA
…. (ISI SENDIRI TITIK-TITIK INI), SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA,
APA ADANYA”. Yang saya lakukan tadi begini, “WALAUPUN SAYA CAPEK DAN
MALAS SEKALI MENULIS NOTE, SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, APA
ADANYA”. Saya katakan itu dalam hati berulang-ulang. Nah yang terjadi
ternyata semakin saya ulang-ulang kalimat itu TAMBAH TERJADI PENOLAKAN
DALAM DIRI SAYA. Apa yang saya lakukan? Saya katakan begini kepada diri
saya sendiri berulang-ulang, “WALAUPUN SAYA SULIT SEKALI MENERIMA DAN
MENCINTAI DIRI SAYA, SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, APA ADANYA”.
Atau dengan kata lain kalimat itu susunannya begini, “WALAUPUN SAYA
SULIT IKHLAS, SAYA IKHLAS”, asyik kan he he he. Dan BERHASIL !! Sehingga
saya bisa menyelesaikan note bagian kedua ini dengan cepat dan ide yang
mengalir.
.
Demikian note saya tentang BERDAMAI
DENGAN DIRI SENDIRI. Buktikan apakah yang saya tulis ini benar atau
tidak. Karena nasi baru mengenyangkan kita setelah kita memakannya.
Sebuah pengetahuan baru akan memberikan dampak nyata dalam kehidupan
kita setelah kita mempraktekkannya. Sampai jumpa dalam note berikutnya.
.
Tamat
.
.
Salam hakikat …
ARIF RH
0 komentar:
Posting Komentar